Ronaldo Fenomeno: Sang Fenomena yang Nyaris Jadi GOAT, Namun Dihentikan Dunia Lain

Sulit menemukan pemain yang mampu memadukan kekuatan, kecepatan, teknik, dan naluri gol sehebat Ronaldo Luís Nazário de Lima, atau yang lebih dikenal dengan nama Ronaldo Fenomeno. Di era 90-an hingga awal 2000-an, bintang asal Brasil ini menjelma menjadi simbol kehebatan sepak bola modern, seorang penyerang yang seolah-olah mustahil dihentikan. Namun di balik kilau prestasinya, karier Ronaldo juga dihiasi misteri, tragedi, hingga godaan dunia malam yang akhirnya menutup jalannya menuju status Greatest of All Time (GOAT).

Ronaldo Fenomeno: Sang Fenomena yang Nyaris Jadi GOAT, Namun Dihentikan Dunia Lain

Awal Karier Gemilang: Pemain Terbaik Dunia di Usia 20 Tahun

Tahun 1996 menjadi tonggak pertama supremasi Ronaldo di pentas dunia. Pada usia yang baru menginjak 20 tahun, ia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Dunia FIFA. Hanya satu tahun berselang, Ronaldo kembali menyabet gelar itu dan melengkapi koleksinya dengan Ballon d'Or. Ia tercatat sebagai pemain termuda dalam sejarah yang berhasil meraih penghargaan individual paling prestisius di sepak bola tersebut.

Permainannya benar-benar mendefinisikan ulang arti kata “fenomenal”. Dengan kemampuan melewati bek seakan mereka hanya kerucut latihan, serta finishing yang mematikan, Ronaldo menjadi mimpi buruk bagi setiap lawan.

Piala Dunia 1998: Misteri yang Tak Terjawab

Menuju Piala Dunia 1998 di Prancis, Ronaldo tampil dalam performa puncak. Ia mencetak lebih dari 30 gol di musim itu dan memimpin Brasil melaju ke partai final melawan tuan rumah. Namun menjelang laga puncak, terjadi peristiwa misterius yang hingga kini masih menjadi tanda tanya besar.

Beberapa jam sebelum pertandingan, Ronaldo dilaporkan mengalami kejang hebat di kamar hotel. Tim dokter memutuskan ia tak akan bermain, namun hanya beberapa saat sebelum kickoff, namanya kembali muncul dalam daftar starter. Sayangnya, Ronaldo tampil jauh di bawah standar, Brasil kalah 0-3, dan kritik pun mengalir deras kepadanya.

Cedera Parah: Cobaan Berat Sang Fenomena

Ketika publik menanti kebangkitan sang bintang, takdir berkata lain. Dalam dua tahun berikutnya, Ronaldo justru dihantam cedera lutut parah yang memaksanya absen panjang dari lapangan hijau. Banyak pihak memprediksi kariernya akan tamat pada usia muda.

Namun Ronaldo membuktikan dirinya bukan hanya dianugerahi bakat, tetapi juga mental baja. Setelah melewati rehabilitasi panjang, ia kembali mengenakan seragam Brasil di Piala Dunia 2002.

Kebangkitan Spektakuler di Korea-Jepang

Turnamen di Asia itu menjadi panggung pembalasan Ronaldo. Dengan gaya rambut unik—sepotong poni tipis yang belakangan ia akui sengaja dibuat agar publik tak hanya fokus pada kondisinya pasca-cedera—Ronaldo tampil ganas. Ia mencetak 8 gol, termasuk dua gol di final melawan Jerman yang mengantarkan Brasil meraih bintang kelima.

Ronaldo pun kembali menggenggam Ballon d'Or dan trofi Pemain Terbaik Dunia FIFA, sekaligus menegaskan bahwa sang Fenomeno masih belum habis.

Godaan Dunia Malam dan Akhir Karier

Sayangnya, setelah melewati puncak kedua kariernya, Ronaldo mulai sulit menjaga disiplin hidup. Kecintaan pada pesta dan gaya hidup malam membuat performanya perlahan menurun. Meski sempat menorehkan momen ajaib lain—termasuk menerima standing ovation di Old Trafford setelah mencetak hat-trick melawan Manchester United bersama Real Madrid—Ronaldo akhirnya memutuskan gantung sepatu pada usia 35 tahun.

Ronaldo mungkin tak mencapai konsistensi panjang layaknya Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Namun dalam periode emasnya, tak sedikit yang meyakini bahwa tak ada pemain yang bisa menyamai dominasi individunya di atas lapangan. Hingga kini, jutaan penggemar sepak bola tetap menempatkannya dalam daftar pemain terhebat sepanjang masa.

Meski “dunia lain”—cedera misterius, lutut yang rapuh, hingga godaan glamor—telah memotong jalan kariernya, nama Ronaldo Fenomeno akan selalu diingat sebagai salah satu bakat paling murni yang pernah lahir di sepak bola.

Dedi Darwanto
Dedi Darwanto Saya adalah Konten Kreator dan seorang blogger

Posting Komentar untuk "Ronaldo Fenomeno: Sang Fenomena yang Nyaris Jadi GOAT, Namun Dihentikan Dunia Lain"