Onana dan Højlund Langsung Bersinar Usai Tinggalkan Manchester United

 

Fenomena unik kembali terjadi di dunia sepakbola. Seakan menjadi pola berulang, pemain yang sempat dianggap gagal di Manchester United justru tampil gemilang begitu meninggalkan Old Trafford. Terbaru, dua nama yang menjadi sorotan adalah André Onana dan Rasmus Højlund.

Onana, dari "Biang Kerok" Jadi Pahlawan

Selama membela Manchester United, André Onana kerap menjadi sasaran kritik. Blunder demi blunder membuatnya dicap sebagai penyebab utama rapuhnya lini pertahanan Setan Merah. Namun, semua anggapan itu seolah sirna saat ia menjalani debut bersama Trabzonspor.

Menghadapi Fenerbahce, Onana tampil luar biasa dengan delapan penyelamatan krusial. Meski kebobolan satu gol, performanya dianggap sangat menentukan. Ia bahkan meraih rating 8,7 dan dinobatkan sebagai Man of The Match. Tak ayal, kiper Kamerun itu tampak tersenyum puas ketika menyaksikan mantan klubnya kembali kalah telak dari Manchester City.

Højlund Menjawab di Italia

Nasib serupa juga dialami Rasmus Højlund. Striker muda asal Denmark tersebut kerap dicemooh karena dianggap mandul selama berseragam MU. Namun, begitu berseragam Napoli, Højlund langsung menunjukkan tajinya.

Dalam laga debutnya di Serie A, ia sukses mencetak satu gol penting yang membuat publik Italia kagum. Bagi banyak orang, gol itu menjadi pembuktian bahwa Højlund memang memiliki potensi besar — hanya saja mungkin tidak berkembang dengan baik di Old Trafford.

Fenomena Lama yang Berulang

Kasus Onana dan Højlund bukanlah yang pertama. Sebelumnya, nama-nama seperti Jadon Sancho, Antony, Scott McTominay, David De Gea, hingga Mason Greenwood juga menunjukkan performa lebih baik setelah meninggalkan United.

Fenomena ini pun memunculkan tanda tanya besar:

Apakah benar para pemain tersebut yang bermasalah, atau justru struktur klub MU yang gagal mengelola talenta mereka?

Penutup

Apapun jawabannya, kisah Onana dan Højlund semakin memperpanjang daftar pemain yang “terlahir kembali” usai keluar dari Old Trafford. Kini, publik hanya bisa bertanya-tanya, apakah Manchester United hanyalah kuburan bakat, atau sekadar klub yang masih mencari identitasnya kembali.