Rui Costa: Maestro yang Bermain Dengan Cinta — Sebuah Romantisme Sepak Bola

 

Rui Costa: Maestro yang Bermain Dengan Cinta — Sebuah Romantisme Sepak Bola

Di era keemasan Serie A tahun 90-an, ketika para bintang bermekaran dan permainan sepak bola mencapai level seni tertingginya, ada satu nama yang tak pernah luput dari daftar maestro: Rui Costa. Playmaker elegan asal Portugal ini dijuluki Il Maestro, karena setiap umpannya bak pisau panas yang membelah mentega, halus, akurat, menusuk.


Namun di balik teknik kelas dunia itu, Rui Costa dikenal sebagai sosok yang bermain dengan hati.

Di masa awal kariernya bersama Benfica, ia begitu mencintai klub tersebut. Tapi kondisi finansial memaksa Benfica menjual permata mereka. Rui pergi dengan berat hati—sebuah pengorbanan demi menyelamatkan tim yang ia cintai.


Di Fiorentina, kisah cintanya berlanjut. Bersama Batistuta, Rui Costa membangun era baru di Firenze. Dua gelar Coppa Italia menjadi bukti betapa pentingnya peran sang maestro. Tapi takdir kembali menguji. Klub bangkrut, dan Rui terpaksa dijual lagi—kali ini ke AC Milan. Air mata mengiringi kepindahannya, karena ia sudah kadung mencintai warna ungu Viola.


Di Milan, Rui meraih apa yang pantas ia dapatkan: Scudetto dan Trofi Liga Champions. Ia menjadi bagian dari generasi emas Rossoneri yang dikenang sepanjang masa.


Dan seperti sebuah puisi yang kembali ke bait pertamanya, Rui memilih pulang ke Benfica untuk menutup karier. Romantis, hangat, dan penuh makna.


Pada akhirnya, perjalanan Rui Costa bukan hanya tentang gelar—melainkan tentang cinta yang konsisten, perpisahan yang menyakitkan, dan kesetiaan yang tak lekang waktu.


Rui Costa bukan sekadar pemain.

Ia adalah romantisme sepak bola itu sendiri.

Dedi Darwanto
Dedi Darwanto Saya adalah Konten Kreator dan seorang blogger

Posting Komentar untuk "Rui Costa: Maestro yang Bermain Dengan Cinta — Sebuah Romantisme Sepak Bola"